Phoenix Library

Just Blogger Templates

Rabu, 17 Juli 2013

My First Love Part 2


Bingung. Kubolak-balik buku yang ada ditanganku, aku bingung harus mulai dari mana untuk membaca buku yang diberi Pak Heru. Melihatnya saja aku sudah tidak tertarik untuk membacanya. Seandainya saja ini komik atau novel, tanpa disuruh pun aku akan membacanya. Tapi untuk yang satu ini... ampun deh ! buku yang tebalnya 980 berisi tentang teori-teori dan ulasan tentang menyusun sebuah kalimat dalam bahasa inggris. Bahasa Indonesia saja ribet, apalagi bahasa orang bule sana.
Harusnya sih aku tidak sepusing ini, tugas ini adalah tugas kelompok dan mestinya dikerjakan dengan partner. Tapi mengingat sosok mahluk itu lagi membuatku ogah untuk bekerjasama dengannya. Bagaimana bisa dia nepokin jidatku didepan orang banyak, apa sih isi otak anak itu ? Secara kami baru berkenalan pagi tadi dan dia sudah beraninya menabuh genderang perang denganku. Mengingatnya saja membuatku naik darah apalagi kalau dia sudah mencul dihadapanku. Setidaknya, aku harus mengembalikan tamparan dijidatnya juga. Enak saja dia!
“Bulatkan tekadmu Ria.... buka bukumu ! baca... baca...” ucapku mensugesti diriku sendiri untuk tidak menyerah. Tanpa bantuan dia pun aku pasti bisa mengerjakan tugas ini. Aku sudah memutuskan untuk mengerjakan tugas itu sendiri.
***
Sepuluh hari sudah berlalu, deadline mengumpulkan tugas tinggal empat hari lagi. Masalahnya sekarang, aku belum membaca sepenuhnya buku Pak Heru. Setengahnya pun nggak sampai. Si gila. Ryan, ndag muncul juga. Salahku juga sih sebenarnya, sampai sekarang aku belum menghubunginya sekali pun, kertas yang berisi nomor handponenya, sudah aku buang. Dan sekarang,,,, aku nyesel. Ngapain aku nyiksa diri kerjain tugas ini, jelas-jelas ini tugas kami berdua, harusnya dari dulu aku sudah menghubunginya dan memaksanya untuk mengerjakan tugas. Kalau tugas ini selesai tanpa campur tangannya, enak di dia dong! Lulus karena hasil kerja kerasku. Tapi gimana cara menghubunginya, aku bahkan lupa menanyakan kelasnya. Mekipun satu jurusan tapi mustakil aku bisa menemukannya dengan cepat, diantara beribu mahasiswa bahasa inggris di kampus.
“Ahhh... !” teriakku tanpa sadar, anak-anak di kelasku berpaling menatapku.

Selasa, 16 Juli 2013

My First Love Part 1


“Tendangan jarak jauh Tsubasa... hiaaaa!” teriak keponakanku yang lagi sibuk dengan bolanya dilapangan depan rumah. Keringatnya mengalir dipipinya, kelihatannya dia sangat menikmati permainannya. Kak Roni menurunkan hobinya ke anaknya. Mereka bermain dengan gembira, sesekali terdengar mereka cekikikan berdua. Ternyata, kakakku bisa jadi ayah yang baik.
Akhir-akhir ini bola semakin banyak digemari, sindrom gila bola yang merasuki jiwa-jiwa manusa... hehehe, seram amat! Keponakanku yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar tak terlewatkan oleh jangkitan sindrom ini. Sebenarnya, aku juga menyukainya. Aku jadi teringat kenangan kecil waktu SD. Tendangan Tsubasa. Mengingatnya membuatku senyum-sendiri. Bagaimana tidak, tendangan Tsubasa menjadi tendangan andalanku ketika main bola dilapangan depan sekolahku. Waktu kecil aku ikut nenek dan disekolahkan di kampung halaman ayah. Sebuah dusun kecil yang sangat indah, jauh dari hingar-bingar perkotaan dan kental akan persaudaraan. Agak aneh kedengarannya seorang anak perempuan bermain bola, tapi kenyataannya seperti itu.
Sebenarnya aku bukan orang yang suka pada bola. Tapi keadaan yang memaksaku untuk menyukainya. Dikelasku, dari duabelas orang siswa hanya tiga orang perempuan, termasuk aku. Dan anehnya aku lebih akrab dan nyaman dengan teman-teman laki-lakiku. Sebenarnya sih alasannya sangat jelas, arah rumah dua orang teman perempuanku sama, mereka tinggal disebelah kampungku, sedangkan rumahku dan yang lainnya searah. Kami lebih sering main bersama, bahkan kesekolah dan pulang sekolah pun kami selalu bersama. Alhasil, ketika mereka main bola, aku juga ikut main bersama mereka. Kalau sekolah sudah berakhir kami dilrang main bola disekolah, katanya kami ditakutkan merusak perangkat sekolah karena tidak diwasi oleh guru-guru. Lapangan bola yang ada diujung kampungku menjadi tempat fovorite kami disore hari. Lapangan yang banyak menyimpan kenangan dengan mereka, teman-temanku dan juga dia... Yuda.


Rabu, 29 Mei 2013

KESAMAAN YANG INDAH

Sudah sangat banyak orang yang kita temui sepanjang  perjalanan hidup kita. Beragam karakter dari orang-orang sekeliling kita, memaksa kita untuk mencari seseorang yang cocok dengan karakter kita. Tak terkecuali ketika kita mencari seorang teman atau sahabat. Jujur, menuliskan kata SAHABAT agak kurang pas menurutku. Aku tidak begitu yakin akan adanya seorang sahabat yang bisa dikatakan seorang sahabat. Kata orang-orang mencari orang yang cocok dengan kita harusnya yang mempunyai banyak kesamaan dengan kita, kesamaan hoby, umur bahkan kesamaan yang lebih spesifik lainnya. Saya agak kurang setuju. Tidakkah kita pernah berfikir sejenak, kalau kesamaan-kesamaan yang ada bisa menimbulkan persaingan. Dua orang sahabat yang sama-sama cerdas dibidang yang sama, akan berusaha menjadi yang terbaik. Kata orang, persaingan sehat tapi tidak usah munafik, kita hanya manusia biasa, yang ingin dilihat, diperhatikan dan disanjung lebih dari siapa pun. Semua ingin menjadi pemenang dibidang yang digeluti. Manusia punya ego, saya, anda dan dia. Saya suka dengan slogan sebuah iklan "Bersama nggak harus sama".Perbedaan mengajarkan kita banyak hal. Pengertian, Toleransi dan Pengorbanan. Pengertian dan toleransi jauh sangat penting. Resep menjadi seorang yang "BAHAGIA" adalah PENGERTIAN DAN TOLERANSI DALAM BATASAN YANG WAJAR. Tidak semua orang betul-betul baik dan tidak semua orang betul-betul buruk.